Oleh: Ruslan
Direktur Rumah Tulis
28
Oktober genap 88 tahun lamanya setelah pemuda dari berbagai Daerah telah
mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Mereka terdiri dari anak-anak muda, seperti
tunas kelapa tumbuh perlahan tapi pasti, membesar menjadi sebatang pohon yang
kuat dari terpaan angin dan musim penghujan. Anak-anak muda tumbuh subur dari
pengalaman dan dinamika gerakan kemahasiswaan, aktivisme mereka sedang
menggebu-gebu mencari hulu keadilan. Tak dapat disangkal bahwa keadilan
merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, kehilangan keadilan rasanya seperti hidup dengan ibu tiri,
dicampakkan dan dipinggirkan. Betapa asingnya hidup bila keadilan sudah tidak berpihak,
lantaran kekuasaan telah mengamputasi keadilan yang seharusnya merata kepada
seluruh warga Negara (civil society).
Bicara
tentang sumpah pemuda, maka memori kita akan kembali pada masa lampau, di mana
semangat nasionalisme sedang dalam keadaan puncak kejayaan. Mereka
mengorganisir warga masyarakat untuk mengabarkan betapa jahatnya kolonial
belanda yang telah lama bercokol di tahan air ibu pertiwi. Tak hanya saja
pembantaian dan pengerukkan hasil bumi yang dipertontonkan melainkan harkat dan
martabat bangsa Indonensia ikut tergerus menjadi kepingan-kepingan serpihan
kaca, hancur lebur bersamaan dengan buih yang ditelan angin. Nasionalisme tidak
tumbuh begitu saja, tanpa melewati rentetan peristiwa panjang sejarah bangsa. Sejarah
di mana sebagian besar bangsa Indonesia ikut menderita lantaran penjajahan
tidak memberikan ruang adanya kebebasan.
Sumpah
pemuda menjadi suatu catatan sejarah yang amat penting untuk dibuka kembali,
diresapi dan dihayati sebagai sebuah refleksi mendalam terhadap perjalanan bangsa.
Kita tidak boleh membiarkan catatan sejarah ini sekadar seperti arsip-arsip
file yang tersimpan rapi di museum sejarah, melainkan kita harus membuka
kembali catatan sumpah pemuda untuk dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran
yang amat penting bagi keberlangsungan hidup kedepannya. Dalam sebuah gubahan
yang menjelaskan bagi siapa saja yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah
maka ia bisa dipastikan akan mengulangi kembali sejarah tersebut. Sejarah
menjadi suatu yang amat penting untuk dibaca kembali, sehingga kita dapat
menentukan langkah kedepan yang lebih baik.
Dalam
rangka memperingati hari sumpah pemuda, lembaga kemahasiswaan dan lembaga
pemerintahan lainnya turut terlibat untuk memperingati kesaktian sumpah para
anak muda di kala itu. Mereka mengambil bagian dengan melakukan berbagai macam
cara, ada yang memperingati hari besar ini dengan melakukan upacara seremonial
hingga aksi unjuk rasa diberbagai daerah.
Tak
ketinggalan di Makassar sebagian besar mahasiswa ramai-ramai turun kejalan
untuk melakukan aksi unjuk rasa sebagai upaya memperingati hari sumpah pemuda.
EmoticonEmoticon