Friday, 17 June 2016

Meneguhkan Islam Rahmatan Lil Alamin




Oleh : Hasin Abdullah 

            Alhamdulillah Islam rahmatan lil ‘alamin sudah lama jadi wacana publik. Tak hanya di kalangan warga para ulama’ ikut memperdebatkannya, melainkan ada anggapan dari pelbagai wacana yang bergulir di lapisan sosial masyarakat membahas rahmat yang segera menginvitasi wujud keberkahan. Rasa optimisme umat Islam harus dipertontonkan istilah Ramadhan. Hal ini keabsahan rahmat yang melambungkan sebuah momentum nyata dalam lintasan sejarah Islam.
                           Berhubung rahmat Allah SWT berfirman, “dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmatan bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya’:107).
            Tentang Islam rahmatan lil ‘alamin tugas Rasulullah mengemban secercah rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Serta kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi umat manusia, terletak pada kesempurnaan ideologi Islam (Al-Akmal Islam). Ringkasan Islam menelanjangkan dalam konsep satu kesatuan ajaran, dontrin satunya dengan yang lain mempunyai nisbat dan relasi yang saling mengikat hubungan. Maka itu lah  Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi yaitu aqidah, syari’ah dan nizam.
            Islam yang kian menempatkan dirinya pada aspek agama tentu menggulirkan rahmat juga mampu mengikuti arus modern. Di satu sisi mampu menciptakan keselamatan (salamatan), rekonsiliasi (islah), toleransi (tasamuh), serta kesejahteraan diri (to welfare self) dan penyerahan diri secara akulturasi, total tunduk mematuhi paham doktrinisasi yang dianutnya.    
Belajar dari Rahmat dan Risalah Islam
Ramadhan tak sekadar mengumbar berkah. Melainkan bulan mulya yang dalam konsep syariat Islam dan khilafah secara signifikan mengikat perhubungan Islam rahmatan lil ‘alamin dengan menyandangi penegakan risalah Islam yang tercatat dalam maqasidush syariah karya Imam As-Syatibi, ia menyatakan gambelang bahwa substansi Islam yang penuh rahmat adalah terwujudnya kemaslahatan tercegahnya keburukan.
            Kitab Al-Muwafaqahnya (maqasidush syariah) Imam As-Syatibi terangkum beberapa hikmah dan fungsi Islam sebenarnya menjadi ukhwah Islamiyah semakin melekat. Tampak terlihat jelas risalah Islam dimensi penegakan yang sangat bijak. Pertama, Al-Hifdud Din (menjaga agama) sehingga lebih mudah mengantisipasi kasus-kasus yang melakukan pelecehan terhadap respectable Rasulullah, dan mencegah pelecehan kesucian kitab suci Al-Qur’an yang kian menjadi barang langka di mana-mana.
            Kedua, Al-Hifdul Khurmat (menjaga kehormatan) artinya menegakkan risalah Islam yang aman dari ancaman kriminal. Karenanya sudah kian marak realitas pembunuhan sadis bahkan mudah melenyapkan nyawa seseorang.
            Ketiga, Al-Hifdul ‘Aqlu (menjaga akal) urgensi dalam Islam rahmatan lil ‘alamin, terkadang akal kita dengan gampang tercuci aliran sesat. Sebab dari sejumlah aliran sesat yang ikhtiar untuk merusak citra Islam baik dari segi perang pemikiran (Al-Ghazwul Fikr) hingga kebudayaan barat (As-Tsaqafatul Gharb), mekanisme tersebut harus tegas ditindaklanjuti mencegah pengaruh internal dan eksternalnya. Ironisnya Indonesia muncul 250 sekte aliran sesat karena obejektifitas bangsa ini yang termasuk mayoritas penduduknya Islam.
            Keempat, Al-Hifdul Maal (menjaga harta) adalah sebagian pilar Islam rahmatan lil ‘alamin untuk mendiskulifikasi perampokan, pencurian, korupsi, manipulasi, eksploitasi dan yang paling parah Indonesia sebagai negara hukum sangat miris ketika melihat (Indeks Persepsi Korupsi) IPK-nya. Meskipun dalam kondisi iman lancang melakukan praktik-praktiknya. Padahal masalahnya meningkatkan kerugian harta negara, dan merampas hak rakyat dilarang keras oleh agama.
            Kelima, Al-Hifdun Nasb (menjaga keturunan) hal krusial dalam paradigma kekeluargaan, keturunan tak mudah terjamin keselamatan apabila risalah Islam belum ditegakkan sehingga otomatis akan tambah marak perempuan yang hamil di luar nikah, dan melahirkan bayi sedangkan ayah atau bapaknya belum jelas itu siapa. Maka stabilitas akan terjamin apabila melibatkan penegakan risalah Islam agar nasabnya teramankan.
            Karena itulah, Islam rahmatan lil ‘alamin yang sesungguhnya harus dibangun oleh pelbagai paradigma risalah Islam dan terus-menerus disosialisasikan kepada seluruh umat manusia, terutama dimulai dari umat Islam, sehingga Islam dipahami dengan lebih baik. Supaya menjadi inspirasi dan motivasi hidup toleransi antar umat beragama.
            Pada akhirnya, risalah Islam dalam rahmatan lil ‘alamin sangat berfungi bagi setiap kehidupan umat beragama. Dengan langkah apa? Tentu menunjukkan sikap toleransi-nya dalam menjunjung harmonisasi antar semua pihak agama. Caranya mengoptimalisasikan lafadz (Al-Hifd) yakni penjagaan dari setiap kalangan.

penulis adalah:
Mahasiswa Program Studi Jinayah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Penggagas Kajian Tongkrongan Pecinta Menulis (TOPLIS).
               
           
`
             


EmoticonEmoticon