Oleh : Hasin Abdullah
Alhamdulillah Islam rahmatan lil
‘alamin sudah lama jadi wacana publik. Tak hanya di kalangan warga para
ulama’ ikut memperdebatkannya, melainkan ada anggapan dari pelbagai wacana yang
bergulir di lapisan sosial masyarakat membahas rahmat yang segera menginvitasi
wujud keberkahan. Rasa optimisme umat Islam harus dipertontonkan istilah Ramadhan.
Hal ini keabsahan rahmat yang melambungkan sebuah momentum nyata dalam lintasan
sejarah Islam.
Berhubung
rahmat Allah SWT berfirman, “dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmatan bagi
semesta alam” (QS. Al-Anbiya’:107).
Tentang Islam rahmatan lil ‘alamin
tugas Rasulullah mengemban secercah rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Serta
kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi umat manusia, terletak pada
kesempurnaan ideologi Islam (Al-Akmal Islam). Ringkasan Islam menelanjangkan
dalam konsep satu kesatuan ajaran, dontrin satunya dengan yang lain mempunyai
nisbat dan relasi yang saling mengikat hubungan. Maka itu lah Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga
segi yaitu aqidah, syari’ah dan nizam.
Islam yang kian menempatkan dirinya pada
aspek agama tentu menggulirkan rahmat juga mampu mengikuti arus modern. Di satu
sisi mampu menciptakan keselamatan (salamatan), rekonsiliasi (islah), toleransi
(tasamuh), serta kesejahteraan diri (to welfare self) dan penyerahan diri secara
akulturasi, total tunduk mematuhi paham doktrinisasi yang dianutnya.
Belajar dari
Rahmat dan Risalah Islam
Ramadhan tak
sekadar mengumbar berkah. Melainkan bulan mulya yang dalam konsep syariat Islam
dan khilafah secara signifikan mengikat perhubungan Islam rahmatan lil ‘alamin
dengan menyandangi penegakan risalah Islam yang tercatat dalam maqasidush
syariah karya Imam As-Syatibi, ia menyatakan gambelang bahwa substansi Islam
yang penuh rahmat adalah terwujudnya kemaslahatan tercegahnya keburukan.
Kitab Al-Muwafaqahnya (maqasidush
syariah) Imam As-Syatibi terangkum beberapa hikmah dan fungsi Islam sebenarnya
menjadi ukhwah Islamiyah semakin melekat. Tampak terlihat jelas risalah Islam
dimensi penegakan yang sangat bijak. Pertama, Al-Hifdud Din (menjaga agama)
sehingga lebih mudah mengantisipasi kasus-kasus yang melakukan pelecehan
terhadap respectable Rasulullah, dan mencegah pelecehan kesucian kitab suci
Al-Qur’an yang kian menjadi barang langka di mana-mana.
Kedua, Al-Hifdul Khurmat (menjaga
kehormatan) artinya menegakkan risalah Islam yang aman dari ancaman kriminal.
Karenanya sudah kian marak realitas pembunuhan sadis bahkan mudah melenyapkan
nyawa seseorang.
Ketiga, Al-Hifdul ‘Aqlu (menjaga
akal) urgensi dalam Islam rahmatan lil ‘alamin, terkadang akal kita dengan
gampang tercuci aliran sesat. Sebab dari sejumlah aliran sesat yang ikhtiar
untuk merusak citra Islam baik dari segi perang pemikiran (Al-Ghazwul Fikr)
hingga kebudayaan barat (As-Tsaqafatul Gharb), mekanisme tersebut harus tegas
ditindaklanjuti mencegah pengaruh internal dan eksternalnya. Ironisnya Indonesia
muncul 250 sekte aliran sesat karena obejektifitas bangsa ini yang termasuk mayoritas
penduduknya Islam.
Keempat, Al-Hifdul Maal (menjaga
harta) adalah sebagian pilar Islam rahmatan lil ‘alamin untuk mendiskulifikasi perampokan,
pencurian, korupsi, manipulasi, eksploitasi dan yang paling parah Indonesia
sebagai negara hukum sangat miris ketika melihat (Indeks Persepsi Korupsi)
IPK-nya. Meskipun dalam kondisi iman lancang melakukan praktik-praktiknya.
Padahal masalahnya meningkatkan kerugian harta negara, dan merampas hak rakyat
dilarang keras oleh agama.
Kelima, Al-Hifdun Nasb (menjaga
keturunan) hal krusial dalam paradigma kekeluargaan, keturunan tak mudah
terjamin keselamatan apabila risalah Islam belum ditegakkan sehingga otomatis
akan tambah marak perempuan yang hamil di luar nikah, dan melahirkan bayi sedangkan
ayah atau bapaknya belum jelas itu siapa. Maka stabilitas akan terjamin apabila
melibatkan penegakan risalah Islam agar nasabnya teramankan.
Karena itulah, Islam rahmatan lil
‘alamin yang sesungguhnya harus dibangun oleh pelbagai paradigma risalah Islam
dan terus-menerus disosialisasikan kepada seluruh umat manusia, terutama
dimulai dari umat Islam, sehingga Islam dipahami dengan lebih baik. Supaya menjadi
inspirasi dan motivasi hidup toleransi antar umat beragama.
Pada akhirnya, risalah Islam dalam rahmatan
lil ‘alamin sangat berfungi bagi setiap kehidupan umat beragama. Dengan langkah
apa? Tentu menunjukkan sikap toleransi-nya dalam menjunjung harmonisasi antar
semua pihak agama. Caranya mengoptimalisasikan lafadz (Al-Hifd) yakni penjagaan
dari setiap kalangan.
penulis adalah:
Mahasiswa Program Studi Jinayah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta,
Penggagas Kajian Tongkrongan Pecinta Menulis (TOPLIS).
`
EmoticonEmoticon