Oleh : Saifuddin Almughniy
OGIE institute Research and Political Development.
***
Catatan Pinggir
Dalam banyak kesempatan kita tentu tak dapat mengelakkan diri dari berbagai warna warni pemberitaan dimedia tentang persoalan politik, demokrasi, kepemimpinan yang tentu memunculkan pro kontra sebab mungkin itu sebuah pilihan berdemokrasi "salah benar" hal yang biasa. Namun yang tak habis pikir buat saya adalah sepertinya ada sebuah orderan politik.yang dibalut media dengan menampilkan AHOK atau.bernama lengkap Basuki Tjahja Purnama mantan Bupati Belitung Timur ibukotanya Manggar [saya tau betul] sebab saya pernah sekolah disana. AHOK, yang menurutku bukanlah siapa2 dibanding Gubernur SulSel pak SYL, Gubernur Jateng pak Ginanjar, Walikota Surabaya bu Risma, Walikota Bandung Bang Kamil, Bupati Bantaeng.Prof. Nurdin Abdullah dan sederet pemimpin daerah yang lainnya. Sebab menurutku pemimpin yang hebat itu adalah bukan tipikal pemarah tetapi peramah. Kecerdasan emosional.bisa saja dipakai dalam kepemimpinan, tetapi conscience atau kecerdasan hati nurani juga begitu penting. Model kepemimpinan AHOK tentu jauh dari nilai conscience itu tadi. Sebab ada pernyataannya yang sama sekali tidak humanis ketika orang miskin bagi jakarta bukanlah tempatnya, sebab Jakarta hanya dihuni sikaya dan orang yang beruntung, tentu dalam.hal justru AHOKNYA yang ngaco bukan yang lain sebagaimana yang seringkali muncul dari lusannya "ngaco dan tai" sebuah komunikasi politik yang tidak mendidik.
Sebagai kilas balik bahwa Ahok pun pernah kalah bertarung dengan Eko Maulana di Pilgub Bangka Belitung, itu berarti apanya yang harus dibesar2kan en toh dikampung sendiri kok kalah. Hanya saja kalau kita membaca sebuah referensi politik dari Nicholas Machievelli, bahwa seseorang yang dilahirkan jadi pemimpin karena kebetulan sebenarnya ia adalah boneka. Sejarah di kota Iliona dan Halleispontus Yunani hampir semua raja2 diangkat oleh Darius Raja Persia yang berhasil menundukkan wilayah mereka, Raja Darius sengaja mengangkat para raja demi memperkokoh posisinya sbg raja.
Dalam perspekrif ini, saya coba menganalisa bahwa Ahok adalah pemimpin yang kebetulan, karena Jokowi terpilih jadi presiden maka Ahok menggantikannya sbg Gubernur DKI bukan sbg prestasi bukan,? sekarang dalam berbagai dinamika Ahok di cintai sekaligus dimusuhi, dan ketika Ahok mengatakan bahwa BPK sbg lembaga negara ngaco, maka sang Presiden pun diam tak bergeming, apa karena kolega politiknya di pilgub DKI yang lalu, atau boleh jadi pak Jokowi bertindak sebagai Raja Darius..?.
tetapi intinya itulah fenomena politik SAAT ini.
**

EmoticonEmoticon