Tuesday 21 June 2016

Komunikasi dalam Determinan Politik



http://makassarliterasi.blogspot.co.id/

Oleh : Saifuddin Al Mughniy
Direktur Eksekutif OGIE institute Research and political Development
 ***

Bahasa adalah isyarat, gerak dan laku
Yang dalam politik begtu penting yang
Bukan hanya sekedar pada ruang kampanye

Secara substansi komunikasi adalah hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat, bahkan dipandang sesuatu yang tak perlu dipelajari, sebab secara alamiah manusia telah melakukan komunikasi dengan lingkungannya sesuai dengan kultur, adat istadat serta perilaku yang dibentuk oleh lingkungannya dengan bahasanya sendiri.

Akan tetapi dialek, bahasa, intonasi tidak cukup dipahami sebagai instrumen untuk melakukan komunikasi baik vertikal maupun horizontal. Tetapi tentu sangat berbeda dengan para “penyiar agama” yang melakukan komunikasi dengan gaya sederhana, datar, sesuai aturan sebagaimana yang tergambar dalam kitab masing-masing, bahkan cendrung dogmatis dengan muatan seruan dan larangan.  Namun dalam kajian komunikasi politik tentu berbeda, sebab ilmu politik selalu memiliki perspektif yang berbeda dengan ilmu lainnya. 

Komunikasi politik bukan sekedar sains ilmu politik, tetapi komunikasi politik juga adalah hal yang paling urgen dalam kehidupan berdemokrasi dan proses pencerdasan politik rakyat. Sebab komunikasi politik tidak sekedar melakukan hubungan komunikasi dua arah antara pihak yang dipilih dengan pihak yang memilih, tetapi komunikasi politik sangat menentukan produk politik yang ditawarkan seperti visi dan misi. Sekalipun sebagian orang menganggap bahwa komunikasi politik selalu saja bias dalam aplikasinya.  

Komunikasi politik adalah fungsi penting dalam sistem politik. Pada setiap proses politik, komunikasi politik menempati posisi yang strategis. Bahkan, komunikasi politik dinyatakan sebagai “urat nadi” proses politik. Bagaimana tidak, aneka struktur politik seperti parlemen, kepresidenan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, kelompok kepentingan, dan warganegara biasa memperoleh informasi politik melalui komunikasi politik ini. 

Setiap struktur jadi tahu apa yang telah dan akan dilakukan berdasarkan informasi ini.
Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep dari ilmu komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang berkembang terlebih dahulu ketimbang komunikasi politik. Konsep-konsep seperti komunikator, pesan, media, komunikan, dan feedback sesungguhnya juga digunakan dalam komunikasi politik. Titik perbedaan utama adalah, komunikasi politik mengkhususkan diri dalam hal penyampaian informasi politik. Sebab itu, perlu terlebih dahulu memberikan definisi komunikasi politik yang digunakan di dalam tulisan ini.

Potret Indonesia

R.M. Perloff mendefinisikan komunikasi politik sebagai proses dengan mana pemimpin, media, dan warganegara suatu bangsa bertukar dan menyerap makna pesan yang berhubungan dengan kebijakan publik. Dalam definisi ini, Perloff menjadi media sebagai pihak yang ikut melakukan komunikasi politik.
Definisi komunikasi politik adalah seluruh proses transmisi, pertukaran, dan pencarian informasi (termasuk fakta, opini, keyakinan, dan lainnya) yang dilakukan oleh para partisipan dalam kerangka kegiatan-kegiatan politik yang terlembaga. 

Definisi ini menghendaki proses komunikasi politik yang dilakukan secara terlembaga. Sebab itu, komunikasi yang dilakukan di rumah antarteman atau antarsaudara tidak termasuk ke dalam fokus kajian. Meskipun demikian, konsep-konsep yang dikaji di dalam komunikasi politik sangat banyak, yang oleh sebab keterbatasan tempat, maka hanya akan diambil beberapa saja.
Untuk lebih memhami bagaimana peran komunikasi politik yang baik, maka penulis mencoba menggambarkan dalam skema sederhana di bawah ini :

Proses Kerja Komunikasi Pun yang Subyektif

Demikian pula, komunikan dapat saja membelokkan pemahaman atas apa yang disampaikan komunikator. Misalnya, ketika pemerintahan SBY memberlakukan kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan uang bantuan, sehingga dapat langsung dirasakan penerima.
Ini ditanggapi berbeda oleh lawan-lawan politik dan warganegara yang kontra kebijakan tersebut, yang diwakili dengan pernyataan “pemerintah Cuma mengalihkan perhatian dari ketidakmampuan mengurangi angka kemiskinan” dan sejenisnya. 

Peran media media menempati tempat strategis di dalam kajian komunikasi politik. Terlebih lagi, dunia kini tengah berada di peralihan antara Era Industrik menjadi Era Informasi. Informasi menjadi komoditi yang “laku”  hingga memasuki era postmodernisme dipasarkan layaknya barang-barang seperti mobil, motor, sepeda, dan air conditioner. 

Dalam proses komunikasi pun, media memperoleh peranan yang semakin signifikan terutama setelah ditemukannya media-media baru akibat hasil perkembangan teknologi. Seperti media sosial Facebook, Twitter, WhatsAp, line dan lain sebagainya sebagai bagian dari peran media. 

Contoh media adalah surat kabar (misalnya Kompas, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Republika), televisi (Metro TV, RCTI, SCTV, TV One, Al Jazeerah, CNN), website (detik.com, kompas-online, tempo-interaktif), majalah (tempo, gatra), dan masih banyak lagi. Media-media tersebut memiliki karakteristik berupa keunggulan maupun kelemahannya, dan ini dapat dijelaskan melalui Teori Medium.
Media Bias. Media bias merupakan kecenderungan media untuk melakukan pemberitaan secara tidak berimbang. Jika partisan bias dilakukan oleh komunikator, maka media bias adalah kecenderungan media untuk tidak memberitakan fakta secara berimbang. 

Apa yang disampaikan media akan diserap oleh komunikan dan memunculkan FeedBack yang tidak akurat. Fenomena inidapat dilihat adanya gejala bahwa media cendrung di dominasi kaum pengusaha yang haus kekuasaan, dan bisa dibayangkan ada beberapa media dimana isinya itu tergantung pesanan dan keinginan pemilik medianya. 

Bahkan ada beberapa media secara tidak sadar telah melakukan perang politik sesama pemilik media lainnya, sehingga ini sesungguhnya memberikan efek domino terhadap kehidupan politik kepada rakyat.
Medium Theory. Teori ini menjelaskan tentang alat yang digunakan sebagai media penyampai pesan punya pengaruh besar atas sifat dan isi komunikasi manusia. Marshall McLuhan lewat karya penelitiannya The Guttenberg Galaxy (1962) menceritakan proses perubahan dari komunikasi “oral” menjadi komunikasi tertulis (cetak). 

Revolusi alat cetak ini yang membuat ajaran Protestantisme menyebar cepat ke seluruh penjuru Eropa. Selain itu, ia juga menceritakan soal terjadinya peralihan dari komuniasi tercetak menjadi elektronik. Komunikasi lewat media elektronik ini membuat manusia mampu memahami dunia secara kolektif sehingga memunculkan apa yang disebutnya sebagai Global Village (Desa Global).

Efek dari peristiwa “baku-hantam” di parlemen tentu berbeda, jika dinikmati melalui media yang berbeda. Efek marah, kesal, atau lucu lebih mudah muncul jika peristiwa tersebut kita saksikan melalui televisi ketimbang surat kabar. McLuhan menyebut ini sebagai “hot” media dan “cold” media. Televisi dan media elektronik lagi bersifat “hot” media, sementara surat kabar bersifat “cold” media. 

“Hot media” artinya komunikan harus menggali atau mampu memperoleh makna lain setelah menyaksikan peristiwa “baku-hantam” melalui televisi. Sementara itu, jika melalui surat kabar, pemaknaan terbatas pada kalimat-kalimat yang ditulis wartawan. Variasi makna pada surat kabar dapat diperoleh jika terdapat image (foto) dan itupun tidak terlalu banyak oleh sebab keterbatasan tempat. 

Media yang Logic. Media Logic adalah konsep yang mengindikasikan pengaruh media untuk merepresentasikan peristiwa yang kita sebut sebagai “realitas.” Media sebab itu dapat mengkonstruksi peristiwa dan hasil rekaannya, setelah dipublikasi, dinyatakan sebagai kenyataan yang sesunggunya.
Contoh dari ini adalah film Pemberontakan G30S/PKI yang diproduksi pemerintah Orde Baru. Film ini mengkonstruksi peristiwa “pemberontakan” yang didalangi oleh PKI. Film tersebut terus diputar setiap tanggal 30 September di Indonesia, setiap tahun. Akhirnya, masyarakat mengira bahwa itulah kejadian pemberontakan yang sebenarnya.

Media logic ini dipertentangkan dengan Party Logic, sebagai pola yang lebih “tua”. Party logic adalah konstruksi realitas oleh partai politik melalui penerbitan partai, seperti surat kabar, majalah, ataupun pamflet. Kini, party logic mendapat desakan yang kuat dari media, yang sebagian besar dimiliki oleh para pengusaha. Konstruksi realitas sebab itu semakin sulit untuk dikendalikan oleh partai politik.

Bahkan ada bebrapa novel yang diproduksi jadi film seperti film Laskar Pelangi, memang film ini berlatar pendidikan, namun realitasnya sekolah muhammadiyah Gantong yang ada di Belitung justru hanya menjadi tempat bu realitasnya.buang hajat binatang, begitu amis dan bau. Sehingga saya menilai bahwa media melakukan upaya mengkonstruksi realitas dengan cerita yang apik dengan latar belakang yang sederhana, dengan suguhan yang menarik tetapi tidaklah sama dengan

Editorial. Editorial adalah pokok-pokok pikiran yang dibuat oleh dewan redaksi suatu media di dalam setiap edisi penerbitan. Surat kabar seperti Kompas memuatnya dalam kolom Tajuk Rencana dan Kartunnya. Editorial ini menjelaskan posisi media dalam isu-isu penting suatu penerbitan. Metro TV (pemberitaan elektronik) memuat Editorialnya setiap pagi hari, yang berisikan pokok-pokok masalah yang harus dicermati dan mengajak masyarakat berpikir akan masalah tersebut.

Pesan Politik dikandungnya

Pesan politik adalah isu-isu yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Diyakini bahwa komunikator politik selalu “merekayasa” pesan politik sebelum itu disampaikan kepada komunikan. Artinya, suatu pesan tidak pernah dibuat secara sembarang oleh sebab seluruh komunikator percaya selalu ada FeedBack dalam setiap komentar mereka. Penentuan isu ini berkait dengan konsep-konsep Manajemen Isu dan Kepemilikan Isu.

sehingga dalam politik, kemasan isu begitu sangat berpengaruh terhadap pesan politik yang disampaikan. Sebab, cara berkomunikasi itu adalah hal yang paling mendasar dalam memberikan pengaruh terhadap audence di dalam mengelaborasi pemikiran serta muatan yang akan dijual dalam konsep visi dan misi di dalam kontekstasi politik yang ada. 

Walaupun harus dipahami bahwa setiap pemimpin politik memiliki cara berkomunikasi yang berbeda satu sama lainnya. Soekarno tentu sangat berbeda cara komunikasi politiknya dengan sekian banyak pemimpin dunia maupun pemimpin di negeri ini. 

Oleh karena itu, pesan yang disampaikan bukan sekedar menyuguhkan apa yang ditawarkan tetapi adalah sangat penting meyakinkan tentang apa yang kita pikirkan.
 *** dan pemimpin minimal memiliki itu


EmoticonEmoticon