Friday, 17 June 2016

Almamater hijau dan sebuah cerita



Oleh: Abdul Farid
Kontributor di komunitas menulis
Berawal dari media sosial ku mengenal sosoknya. Disaat itu pula aku mencoba membuka tautan profilnya agar ku tau siapakah dia yang sesunggunya. Dialah adalah Jailani yang sering di sapa dengan Jai salah seorang mahasiswa yang terbilang sukses dan berhasil diantara banyaknya mahasiswa yang ada. Sebagai seorang pemimpin suatu lembaga mahasiswa, Sosok Jai terlihat karismatik serta mampu memberikan motivasi dan membuka cakrawalah berpikir kita sebagai anak muda.
Jai pun selalu memberikan motivasi kepada saya dan mungkin banyak anak seusia yang mendapatkan motivasi darinya. Hal yang paling terkesan ketika dia mengatakan “semua orang punya mimpi dan tidak semua orang mapu meraih mimpinya karna takut untuk gagal”. Akupun beranikan diri untuk tukaran nomor HP dan menjalin komunikasi yang baik dengannya.
Tiga bulan lamanya kami berkomunikasi dan tanpa salng mengenal satu sam lain dan berketemu sebelumnya. Tiga bulan terakhir itupun, aku berupaya mengumpulkan modal dan bekerja keras ditanah rantaun Kalimantan Timur yang jauh dari tanah kelahiranku Dompu NTB.
Modal hasil tetesan keringatpun terkumpul dan mengantarkanku ke kota daeng dan bertemu dengan Jai, dengan harapan besar seorang pemuda ingin sukses dan melanjutkan pendidikan Universitas yang diharapkannya. Jas merah yang di pakai oleh mahasiswa itu sangat indah, ya mungkin aja karena yang pake memang bidadari yang turun dari langit untuk menghiasi keindahan dunia ini.
Setelah pertemuan dan berbincang dengan Jai, dengan yakinnya bahwa aku bisa merebut jas merah yang dipakai bidadari sore itu. Jalur SBMPTN tinggal beberapa hari lagi akan ditutup, jalur itupun tidak kubiarkan lewat layaknya air hujan turun ke bumi.
Dengan proses yang panjang Jalur itupun tidak berhasil dan mencoba kembali jalur PSOK meskipun pada akhirnya tidak kunjung berhasil. Kecewa jelas ada, tapi semangat untuk melanjutkan ke Universitas belum padam berbagai macam koleksi kartu pendaftaran perguruan tinggi pun aku pegang.
Jas merahpun hilang dan tidak mampu aku gapai. Meskipun jas itu yang di harapkan. Saya masih ingat pesan orang tua di kampung “Luruskan Niat Manusia Hanya bisa berproses Tapi Allah yang Tentukan”. Pesan ini benar juga, terlanjur salah niat ingin rebut jas merah yang di miliki orang lain.
Kehilangan Jas merah tak memadamkan semangat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Alhamdulillah kesempatan itu masih ada meskipun kampus ini tidak saya kenal sebelumnya. Kesempatan itupun tidak ku sia siakan dan Alhamdulillah akupun lulus dan di sambut dengan slogan Kampus Peradaban UIN Alauddin Makassar.
UIN Alauddin Makassar punya cerita dengan kampus peradaban dan jas hijaunya. Jas itupun menjadi jas kebangganku sampai hari ini meskipun bukan jas itu yang aku harapkan sebelumnya. Yang jelasnya aku sudah melalui proses panjang tanpa adanya interfensi dan nepotisme tertentu. Yakinlah pada diri sendiri karena orang lain belum tentu bisa yakin kepada kita. Sukses Jailani Berawal darimu aku bisa hadir di kota daeng.


EmoticonEmoticon