Oleh:
Asri Lan
Anggota Komunitas Menulis
Ketika dulu cuma ada
aku sebagai bungsu dikeluarga kecil kita, semua adalah milikku, kasih sayang ibu
dan singgasana dipangkuan Ayah. Cinta mereka diluar batas logikaku. bahkan aku
tidak mengenal jarak.
Setelah kamu hadir, seakan
duniaku hilang. disatu sisi aku tersenyum tapi disudut kamar aku menangis.
Bukan karena aku tidak menerima kehadiranmu, hanya saja aku tak tau cara
mengekspresikan perasaanku kala itu. Yang kutau kehadiranmu mengambil duniaku,
merampas singgasanaku dan membagi cinta Ayah dan ibu.
Adikku..
Ketikat kita beranjak
remaja, sekarang aku mengerti arti kehadiranmu. aku tidak perlu mencari sahabat
untuk menjadi teman ngobrol atau teman curhat, Karena sahabatku cuma kamu. Bersahabat
denganmu aku tidak akan pernah merasakan ditusuk dari belakang, pagar makan
tanaman, atau si*anida yang lagi hangat diperbincangkan sekarang, karena tidak
kuragukan ketulusanmu terhadapku. Ketika kau menyakitiku sama saja engkau
menyakiti perasaan ibu kita. Akupun begitu.
Walau terkadang sering
aku membentakmu, itu tidak berarti aku membencimu dan kamu adalah lawanku.
Tidak! Pertengkaran itu hal
yang wajar, kita hanya dilahirkan dirahim yang sama, tapi tidak untuk pemikiran
dan perasaan yang sama. Aku begini dan kamu begitu. Kita bersaudara, tapi tidak
harus kamu menjadi aku. Namun perselisihan tidak menghapus kasih sayang
diantara kita.
Satu hal yang harus
kamu tau adikku, aku tidak pernah dendam ketika khilafmu tak menghargai umurku.
Aku tak berharap dipanggil “kakak” sebagai bentuk penghormatan seperti kakak
kebanyakan orang. Kamu selalu ada, itu sudah cukup. Kamu ada, berarti aku tidak
sendiri dan duniaku tidak berkisah tentang diriku saja.
Kamu
ada itu berarti aku punya tempat mengadu ketika semua orang mengabaikanku, pun menjadi
pendengar akan ceritaku. Walau ceritaku berkisah tentang itu itu saja, tentang
si melon rasa mentimun dan juga tidak kalah seringnya tentang kesetiaan embun
yang menemani pagi. karena kehadiran matahari, kesejukan itu hilang dibawa
angin. Bagi orang lain itu hal biasa, tapi aku kagum dengan kesetiaan embun
yang tidak pernah jera.
EmoticonEmoticon