Thursday 23 June 2016

Kamu Lebih di Sayang Ibu


Oleh: Asri Lan
 Anggota Komunitas Menulis

Ketika dulu cuma ada aku sebagai bungsu dikeluarga kecil kita, semua adalah milikku, kasih sayang ibu dan singgasana dipangkuan Ayah. Cinta mereka diluar batas logikaku. bahkan aku tidak mengenal jarak.
Setelah kamu hadir, seakan duniaku hilang. disatu sisi aku tersenyum tapi disudut kamar aku menangis. Bukan karena aku tidak menerima kehadiranmu, hanya saja aku tak tau cara mengekspresikan perasaanku kala itu. Yang kutau kehadiranmu mengambil duniaku, merampas singgasanaku dan membagi cinta Ayah dan ibu.

Adikku..
Ketikat kita beranjak remaja, sekarang aku mengerti arti kehadiranmu. aku tidak perlu mencari sahabat untuk menjadi teman ngobrol atau teman curhat, Karena sahabatku cuma kamu. Bersahabat denganmu aku tidak akan pernah merasakan ditusuk dari belakang, pagar makan tanaman, atau si*anida yang lagi hangat diperbincangkan sekarang, karena tidak kuragukan ketulusanmu terhadapku. Ketika kau menyakitiku sama saja engkau menyakiti perasaan ibu kita. Akupun begitu.

Walau terkadang sering aku membentakmu, itu tidak berarti aku membencimu dan kamu adalah lawanku. Tidak! Pertengkaran itu hal yang wajar, kita hanya dilahirkan dirahim yang sama, tapi tidak untuk pemikiran dan perasaan yang sama. Aku begini dan kamu begitu. Kita bersaudara, tapi tidak harus kamu menjadi aku. Namun perselisihan tidak menghapus kasih sayang diantara kita.

Satu hal yang harus kamu tau adikku, aku tidak pernah dendam ketika khilafmu tak menghargai umurku. Aku tak berharap dipanggil “kakak” sebagai bentuk penghormatan seperti kakak kebanyakan orang. Kamu selalu ada, itu sudah cukup. Kamu ada, berarti aku tidak sendiri dan duniaku tidak berkisah tentang diriku saja.

Kamu ada itu berarti aku punya tempat mengadu ketika semua orang mengabaikanku, pun menjadi pendengar akan ceritaku. Walau ceritaku berkisah tentang itu itu saja, tentang si melon rasa mentimun dan juga tidak kalah seringnya tentang kesetiaan embun yang menemani pagi. karena kehadiran matahari, kesejukan itu hilang dibawa angin. Bagi orang lain itu hal biasa, tapi aku kagum dengan kesetiaan embun yang tidak pernah jera.



EmoticonEmoticon